Jumat, 12 September 2008

Self-gene Theory

2 tahun lepas, kami pernah bincang pasal teori Darwin memandangkan mentor Mat masa tu, arwahyarham Prof Mohd Al-Mahdi ada buat pembentangan bertajuk “Modern Science Finds God” di INTEC anjuran ATUSA kan? Masa tu Mat jadi exco agama ATUSA.

Salah satu perkara yang dibangkitkan masa tu ialah Intelligent Design (ID) dalam men’counter’ balik teori Darwinism. Aku agak tertarik tetapi kemudiannya tak layan sangat sebab situasi Malaysia tak lah memerlukan kita kaji sangat bende tu.

Tetapi sejak aku sampai kat US ni, istilah Darwinisn, ethism dan evolution mendominasi hidup ku. Benarlah kata Mat dulu, darwinism theory ni bukan setakat teori sains. Ia berkembang menjadi Social Darwinism. Dari idea itulah munculnya agama mereka iaitu atheism. Susah nak cari orang yang yang tak atheis dalam class bio aku. Kawan-kawan baik pun atheis jugak..lol.

Lebih daripada itu, sistem hidup mereka berpaksikan materialism sebab bagi mereka manusia itu hanya benda yang bebas bertindak tanpa sekatan. Manusia ni macam haiwan, keperluan hidup dia hanya makan, minum, seks dan berhibur. Tiada sistem moral. Pandai-pandai lah kalau nak hidup tu.
Konsep Survival of the fittest pula menyebabkan mereka percaya hanya yang kuat berhak hidup. Macam dalam hukum rimba, siapa kuat dia berkuasa. Idea nationalism berkembang daripada semangat bahawa bangsa dia lah yang terkuat. Masih ingat bagaimana bangsa bangsa di Eropah saling berperang dan berbunuhan dalam Perang Dunia 1&2 berteraskan ideology kebangsaan? Hitler yang anggap bangsa selain Jerman adalah hina dan nyawa mereka tak bernilai.

Self-gene Theory menjadikan mereka hanya mementingkan diri sendiri. Capitalism menjadi asas bermuamalah. Keuntungan jadi teras utama walaupun dengan cara menindas. No money no talk. Apapun perkara baik yang Amerika buat mesti ada muslihat di belakang- mahukan timbal balas. Analogy nya sama macam penjual yang bermuka manis dan pura-pura melayan pelanggan dengan baik walhal yang dimahukan adalah barangannya terjual!

Huh..banyak lagi sistem-sistem nilai barat hari ini adalah hasil daripada teori Sang Darwin.

Sebagai Biotechnology major, aku perlu baca buku text Biology setebal lebih seribu muka surat yang hampir keseluruhannya cerita pasal Evolution Theory. Hari pertama lecture lagi Prof aku dah sebut pasal teory tu “no matter what are your belief.” (Prof aku adalah salah seorang penulis buku teks!)


sebuah buku yang dibuat oleh Darwin.
dengan kesaksian dia sebagai penulis buku yang lebih ia tonjolkan dari pada kegilaannya pada dunia science
yang membuatnya gelap mata dengan pembuktian pencetusan teori sesat didunia pendidikan science ( teori darwin)
Tidak cukup dengan class biologi, untuk universiti terbaik dalam bidang Philosophy dan Writing, pelajar universiti aku jugak kena amik banyak writing dan humanities class. Writing Class aku dari tahun lepas sampai sekarang asyik kena tulis pasal evolutionary, Social Darwinism, capitalism, American democracy. No wonder tahun lepas aku terpaksa download beratus muka surat buku tulisan Harun Yahya . Aku terima sebagai satu cabaran walaupun hujah aku kadang-kadang ditolak dalam class discussion.

Tetapi isu utama yang hendak aku bangkitkan kini adalah tentang perang idea yang sedang berlaku ni. Kita tahu kerajaan Malaysia menghantar semakin ramai student Biotechnology ke USA ni. Di RIT dan Penn State sahaja muncul kampung Melayu akibat ramainya student biotech. Bagaimanakah mereka memahami isu ini? kita khuatir kalau isu ini tidak dijelaskan lebih awal, di masa depan kita akan melihat para saintis malaysia yang keliru akidahnya (walaupun mungkin tidak sampai ke tahap atheis seperti yang sedang di alami USA sekarang).

Sebagai langkah awal yang pro active, aku mengajak rakan-rakan sekalian untuk memulakan perang ideology ini. Pertahankan akidah kita. mungkin kita tidak mampu berhujah menewaskan Richard Dawkins dan rakan-rakan tetapi sekurang-kurangnya kita menyelamatkan kawan-kawan dari alam kekeliruan. ID adalah satu tempat yang sangat baik untuk bermula.

Senin, 08 September 2008

Variasi dan Spesies

SISI GELAP TEORI DARWIN

Variasi, istilah yang digunakan dalam ilmu genetika, merujuk pada peristiwa genetis yang menyebabkan individu atau kelompok spesies tertentu memiliki karakteristik berbeda satu sama lain. Sebagai contoh, pada dasarnya semua orang di bumi membawa informasi genetis sama. Namun ada yang bermata sipit, berambut merah, berhidung mancung, atau ber-tubuh pendek, tergantung pada potensi variasi informasi genetisnya.

Evolusionis menyebut variasi dalam suatu spesies sebagai bukti kebenaran teorinya. Namun, variasi bukanlah bukti evolusi, karena variasi hanya hasil aneka kombinasi informasi genetis yang sudah ada, dan tidak menambahkan karakteristik baru pada informasi genetis.

Variasi selalu terjadi dalam batasan informasi genetis yang ada. Dalam ilmu genetika, batas-batas ini disebut "kelompok gen" (gene pool). Variasi menyebabkan semua karakteristik yang ada di dalam kelompok gen suatu spesies bisa muncul dengan beragam cara. Misalnya pada suatu spesies reptil, variasi menyebabkan kemunculan varietas yang relatif berekor panjang atau berkaki pendek, karena baik informasi tentang kaki pendek maupun panjang terdapat dalam kantung gen. Namun, variasi tidak mengubah reptil menjadi burung dengan menambahkan sayap atau bulu-bulu, atau dengan mengubah metabolisme mereka. Perubahan demikian memerlukan penambahan informasi genetis pada makhluk hidup, yang tidak mungkin terjadi dalam variasi.

Darwin tidak mengetahui fakta ini ketika merumuskan teorinya. Ia mengira tidak ada batas dalam variasi. Dalam sebuah artikel yang ditulisnya pada tahun 1844, ia menyatakan: "Banyak ahli yang menganggap bahwa ada batas dalam variasi di alam, namun saya belum menemukan satu bukti pun yang melandasi keyakinan ini".

Dalam The Origin of Species, ia menyebutkan beragam contoh variasi sebagai bukti terpenting bagi teorinya. Misalnya, menurut Darwin, para peternak yang mengawinkan beragam varietas sapi untuk menghasilkan varietas baru yang menghasilkan susu lebih banyak, akhirnya akan mengubah ternak itu menjadi spesies berbeda. Gagasan Darwin tentang "variasi tanpa batas" jelas terungkap dalam kalimat dari The Origin of Species:

Saya tidak melihat kesulitan bagi suatu ras beruang, melalui seleksi alam, menjadi semakin terbiasa dengan lingkungan akuatis, dengan mulut semakin lebar, sampai akhirnya menjadi makhluk sebesar paus.

Variasi dalam Spesies Bukanlah Evolusi
Dalam buku Origins, Darwin mengacaukan dua konsep: variasi dalam spesies dan kemunculan spesies baru. Berdasarkan pengamatannya atas varietas-varietas anjing, Darwin mengira bahwa suatu saat berbagai varietas ini akan berubah menjadi spesies baru. Sampai sekarang, evolusionis berusaha menunjukkan variasi dalam spesies sebagai bentuk evolusi. Padahal fakta ilmiah membuktikan bahwa variasi dalam sebuah spesies bukanlah evolusi. Misalnya, sebanyak apa pun varietas dalam spesies anjing di alam, atau yang dibiakkan oleh manusia, mereka tetap anjing. Tidak akan ada peralihan dari satu spesies ke spesies lainnya.

Darwin mengemukakan contoh yang berlebihan ini karena pemahaman yang primitif akan ilmu pengetahuan di zamannya. Pada abad ke-20, ilmu pengetahuan telah menetapkan prinsip "stabilitas genetis" (homeostasis genetis) berdasarkan hasil-hasil eksperimen yang dilakukan pada makhluk-makhluk hidup. Prinsip ini menyatakan bahwa semua usaha pengawinan untuk menghasilkan variasi-variasi baru tidak meyakinkan, dan ada batasan-batasan ketat di antara spesies-spesies makhluk hidup yang berbeda. Artinya, sangat mustahil para peternak dapat mengubah sapi menjadi spesies berbeda dengan cara mengawinkan varietas-varietasnya, seperti dinyatakan Darwin.

Norman Macbeth membantah Darwinisme dalam bukunya Darwin Retried:

Inti masalahnya adalah, kalaupun benar makhluk hidup dapat bervariasi tan-pa batas… Spesies-spesies selalu stabil. Kita semua pernah mendengar bagaimana peternak dan hortikulturis yang sudah berusaha sedemikian keras menjadi kecewa mendapati hewan atau tumbuhan yang mereka kembangkan kembali ke varietas asal. Sekalipun usaha keras dilakukan selama dua atau tiga abad, tidak mungkin dihasilkan mawar biru atau tulip hitam.

dianggap sebagai hortikulturis paling berhasil, mengungkap fakta ini saat mengatakan "ada batas-batas dalam pengembangan yang mungkin terjadi, dan batas-batas ini mengikuti suatu aturan".Tentang hal ini, ilmuwan Denmark, W.L. Johannsen berkomentar:

Variasi-variasi yang menjadi titik tekan Darwin dan Wallace tidak dapat dipaksakan melampaui tahap tertentu. Variabilitas seperti ini tidak me-miliki rahasia 'perubahan tanpa batas'.